Kelompok Rentan di Gunungkidul Berperan Aktif dalam Temu Inklusi Nasional 2018

Peserta Tampak Menyimak Diskusi Tematik Tentang Tata Kelola Pemerintahan Desa Inklusif yang Disampaikan Kepala Desa Plembutan, Edi Supriyanti, Rabu (24/10).
Peserta Tampak Menyimak Diskusi Tematik Tentang Tata Kelola Pemerintahan Desa Inklusif yang Disampaikan Kepala Desa Plembutan, Edi Supriyanti, Rabu (24/10).

Gunung Kidul – IDEA Yogyakarta bersama-sama dengan jejaring organisasi masyarakat sipil di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hadir di hari kedua pelaksanaan Temu Inklusi Nasional di Desa Plembutan, Playen, Gunungkidul, DIY, Rabu (24/10). Kegiata Temu Inklusi Nasional ini dibuka sejak Senin (22/10) dan berlangsung hingga Kamis (25/10). Temu Inklusi Nasional kali ini sudah yang ketiga kalinya, sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2016 di di Desa Sidoarjo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo DIY.

Temu Inklusi merupakan acara dua tahunan yang diinisiasi oleh Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Pemerintah Provinsi DIY, Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI dan berbagai organisasi masyarakat sipil sebagai ruang konsolidasi gerakan dalam mendorong terwujudnya Indonesia yang inklusif.

Temu Inklusi 2018 akan menggali dan membagikan solusi-solusi lokal, inovasi inovasi dalam meminimalisir hambatan, dan mempromosikan terwujudnya masyarakat inklusif. Sadar bahwa mewujudkan inklusi membutuhkan kolaborasi lintas disiplin, praktisi, pembuat kebijakan, aktor pembangunan, pelaku bisnis, serta aktor-aktor lain.

Dalam rilis undangan dijelaskan, bahwa ruang terbuka ini akan memfasilitasi dialog yang bertujuan menggalang pertukaran gagasan, menguatkan jejaring dan kerjasama, serta menyepakati agenda-agenda strategis yang dapat berkontribusi pada kolaborasi yang lebih nyata untuk mendorong lahirnya kebijakan yang didasarkan pada bukti, kebutuhan dan praktik baik. Secara tidak langsung, ruang bersama ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya Indonesia dalam implementasi berbagai instrumen global seperti Konvensi Hak Penyandang Disabilitas (UN CRPD) serta agenda 2030 Sustainable Development Goals / Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Pemilihan Desa Plembutan sebagai tuan rumah Temu Inklusi Nasional ini memang cukup beralasan, mengingat Desa Plembutan merupakan satu-satunya Desa di Indonesia yang memiliki Peraturan Desa (Perdes) tentang keterlibatan kelompok rentan dalam pembangunan. Lahirnya perdes ini tak lepas dari kontribusi organisasi kelompok rentan di Desa Plembutan serta organisasi masyarakat sipil sebagai mitra kelompok rentan.

Baca juga: Perdes Plembutan Tentang Partisipasi Kelompok Rentan dalam Pembangunan, Satu-satunya di Indonesia

Pemerintah Desa Plembutan sendiri sangat antusias menyambut dan menyelenggarakan agenda Temu Inlusi Nasional. Perangkat Desa mulai dari Kepala Desa hingga Kepala Dusun menjadi bagian dari panitia yang tugasnya sangat sentral. Beberapa diantaranya seperti menjadi sekretariat dan basis informasi temu inklusi, mengkoordinasikan pelaksanaan temu inklusi, baik dengan penyelenggaran maupun dengan pemerintah kabupaten serta pihak lain yang dibutuhkan. Pemdes Plembutan juga dipercaya menjadi narasumber dalam diskusi tematik serta bertanggung jawab atas keamanan area penginapan peserta dan tempat acara selama 24 jam bersama dengan linmas Desa, ormas Desa dan polisi.

Seperti diketahui, Desa Plembutan merupakan  salah satu Desa di Kabupaten Gunungkidul yang menjadi penerima manfaat program Advocating for Change yang diberikan IDEA Yogyakarta, Ciqal dan Humanity & Inclusion. Sebagai bagian dari program tersebut, IDEA bersama Ciqal dan HI membentuk organisasi kelompok rentan bernama Mutiara Plembutan. Anggota dari organisasi ini ialah kelompok rentan yang terdiri dari perempuan, penyandang disabilitas, serta warga miskin.

Baca juga: Enam Program Usulan Kelompok Rentan Masuk Program Prioritas Desa Plembutan

Sebagai organisasi kelompok rentan di Desa ini, Mutiara Plembutan memiliki peran yang cukup penting dalam Temu Inklusi Nasional ini. Sebagai panitia, organisasi ini terlibat cukup jauh selama persiapan hingga pelaksanaan kegiatan. Beberapa anggota Mutiara Plembutan juga turut ambil bagian dengan menjajakan hasil ekonomi kreatifnya di lapak yang disediakan pemerintah Desa.

Selain Mutiara Plembutan, organisasi kelompok rentan mitra IDEA dalam program AFC dari luar Desa Plembutan juga terlibat dalam Temu Inklusi Nasional 2018 ini. Organisasi tersebut ialah seperti Srikandi dari Desa Beji, Kec. Patuk dan Mitra Sehati dari Desa Nglipar, Kec. Nglipar, Kab. Gunungkidul.

Baca juga: Mitra Sehati Lakukan Review Aturan Organisasi dan Materi Replikasi

                : Pelatihan Menyusun Rencana Strategis Bagi Kelompok Rentan Kembali Diberikan IDEA di Gunung Kidul

Selain terlibat sebagai peserta, Srikandi Beji dan Mitra Sehati Nglipar juga memiliki peran yang cukup penting seperti menjadi Disabilitas Tanggap Bencana (DIFAGANA). Tugas Difagama ialah melakukan kesiapsiagaan berupa penyiapan kendaraan dan pengendara motor roda tiga untuk kebutuhan peserta penyandang disabilitas, P3K, ambulans serta radio komunikasi dalam pelaksanaan temu inklusi bersama. Tugas ini dilaksakanan bersama-sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan DIFAGANA DIY. Sama seperti yang dilalukan beberapa anggota Mutiara Plembutan, beberapa anggota Srikandi Beji dan Mutiara Plembutan juga Mendirikan stand dengan menjajakan produk unggulannya.

Kontributor: EBM

Editor: AH