Perubahan Kecil untuk Tata Kelola Air yang Lebih Baik

IDEA bersama kelompok warga di Kab. Bantul melakukan aduiensii ke Pemkab Bantul untuk menyampaikan aduan sekaligus masukan untuk perbaikan tata kelola air bersih di Kab. Bantul, Kamis (25/06)

“Air sering tiba-tiba macet. Dan keruh. Kadang bau kaporit. Terus nggak ada pemberitahuan dulu kalau mau mati. Ini ‘kan mengganggu sekali. Mau bilang sama siapa kalau ada keluhan?” ujar Sri Pemiluwati atau yang akrab disapa Milu, dari Kelompok Perempuan Penerima Program Keluarga Harapan kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Kalau bicara masalah air, Milu mengaku hanya bisa mengeluh bersama teman-teman di lingkungannya. Mereka sering tidak tahu harus berbuat apa lagi kecuali pasrah. “Kalau kami sampaikan ke petugas pas bayar bulanan, cuma diiya-iyakan tok,” keluhnya.

“Jadi seumpamanya saya bilang, ‘Pak, airnya keruh’. Cuma dijawab, ‘iya, Bu’. Apa ndak kesel?”.

Kini Milu lega karena itu semua telah menjadi cerita masa lalu. Sejak ada program Keterbukaan Kontrak dan pendampingan dari IDEA, ia dan teman-temannya sudah tahu caranya menyampaikan keluhan; kepada siapa dan melalui jalur apa.

Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM, menurut Milu, kini sudah jauh lebih responsif terhadap keluhan warga di sekitarnya. Bukan hanya itu, kalaupun masih terjadi masalah, PDAM Bantul yang lebih dulu mengabarkan sebelum warga bertanya.

“Sekarang teman-teman juga jadi tahu air keruh itu penyebabnya apa. Kalau mati itu penyebabnya apa,” kata Milu.

Milu dan teman-temannya sudah tahu cara menyampaikan keluhan; kepada siapa dan melalui jalur apa. Kini pelayanan PDAM sudah jauh lebih responsif terhadap keluhan warga di sekitarnya

Milu adalah salah satu orang yang paling antusias ketika IDEA datang memperkenalkan program Keterbukaan Kontrak. Ia dengan bersemangat mengikuti semua kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan IDEA. Begitu pula setelah pembentukan Paguyuban Tirto Wening, Milu adalah salah satu anggota yang paling aktif.

Paguyuban Tirto Wening adalah forum warga lintas kecamatan yang dibentuk pada 4 Desember 2019 untuk menjadi tempat musyawarah dan penyaluran aspirasi warga mengenai masalah air. Pembentukan paguyuban ini berawal dari sering berkumpulnya warga pelanggan PDAM.

“Nah, setelah beberapa kali kumpul, kami berinisiatif membuat paguyuban. Biar suara kami lebih didengar PDAM dan pemerintah. Itu ‘kan dari masing-masing kecamatan ada perwakilannya,” kata Milu.

Seiring perjalanannya, kiprah Tirto Wening ternyata cukup berdampak. Kini, menurut Milu, semua hal terkait pengelolaan air bersih di daerahnya menjadi lebih baik. Meski, tentu saja, masih banyak yang perlu diperbaiki. Tapi, setidaknya kini PDAM sudah lebih terbuka dan proaktif berkomunikasi dengan warga, dan yang paling penting sudah jauh lebih responsif menanggapi keluhan dan usulan. Misalnya dalam audiensi dengan PDAM dan Pemerintah Kabupaten Bantul pada 14 Februari 2020, Milu mengusulkan penambahan kuota atas program subsidi pemasangan sambungan rumah oleh PDAM bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Usulan ternyata ini disambut baik.

Alhamdulillah, subsidinya makin banyak,” kata Milu, “… tapi ini bertahap, mungkin karena saking banyaknya yang daftar. Ada teman yang baru dipasang belum lama ini.”

Dalam audiensi yang sama, Lina dan Rita dari kelompok Desa Prima Kecamatan Dlingo menyampaikan usulan penambahan jaringan perpipaan baik dari

PDAM maupun Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat atau PAMSIMAS untuk empat desa di Kecamatan Dlingo. Keempat desa itu antara lain Desa Dlingo (Dusun Kebosungu I dan Kebosungu II), Desa Terong (Dusun Rejosari dan Dusun Terong II), Desa Mangunan (Dusun Gumelem), dan Desa Munthuk.

“Usulan penambahan pipa di Dlingo itu juga sudah direspons,” ungkap Milu.

Selain itu, Milu juga meminta agar PDAM melakukan uji mutu air bersih secara berkala, untuk kemudian mengumumkan hasilnya kepada warga.

“Kita pengguna PDAM ini ‘kan ada juga yang juga punya sumur. Itu ‘kan harus diperiksa tekanannya, kualitasnya. Di antara sumur dan pembuangan limbah ‘kan jaraknya harus jauh. Kadang kita bikin sumur di sini, tapi tetangga bikin pembuangan di dekat sumur kita. Saya ingin ada sosialisasi tentang mutu air; air bersih itu bagaimana, dan yang enggak bersih bagaimana.”

Sumber: https://sea.hivos.org/story/perubahan-kecil-untuk-tata-kelola-air-yang-lebih-baik/