Workshop Formulasi Pendampingan Teknis Solusi Lokal kepada Mitra Utama Madani

workshop formulasi pendampingan teknis solusi lokal kepada mitra utama Madani hari pertama di Cakra Kembang, Sleman, Selasa (24/05). | Dok: IDEA

IDEA menyelenggarakan workshop formulasi pendampingan teknis solusi lokal kepada mitra utama madani selama tiga hari di Cakra Kembang, Sleman. Kegiatan berlangsung sejak selasa (24/05) hingga Kamis (26/05). Peserta yang terlibat dalam workshop tersebut ialah perwakilan 7 Mitra program Madani dari Kota Surakarta, Madiun, Serang, Kabupaten Sumenep, Sambas, Luwu Utara dan Sumedang.

Workshop tersebut merupakan bagian dari pendampingan teknis yang diberikan IDEA kepada mitra utama madani melalui dukungan USAID Indonesia . Kegiatan tersebut juga merupakan tindak lanjut dari hasil pemetaan kebutuhan solusi lokal mitra utama Madani yang diselenggarakan sebelumnya secara daring.

Melalui kegiatan pendampingan, IDEA beraharap dapat memperkuat pengetahuan dan keterampilan teknis bagi Mitra Utama Madani serta anggota forum pembelajaran. Capaian ini untuk mendukung proses pendampingan kelompok dan mewujudkan tranparansi & akuntabilitas dana desa/kelurahan.

Mitra Utama Madani selaku lembaga lokal memiliki peran penting untuk dapat mewakili dan memiliki dampak perubahan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, Mitra Utama Madani berupaya untuk dapat mewakili berbagai kepentingan dari unsur-unsur masyarakat yang memiliki persoalan berbeda.

Kerja-kerja Mitra Utama Madani dalam membangun kesadaran komunitas untuk terlibat dalam proses pembangunan dilakukan dengan partisipatif. Metode pembangunan partisipatif dinilai sangat efektif sebab langsung melibatkan semua pihak untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Dalam prosesnya, kelompok rentan penerima manfaat program dijadikan sebagai aktor utama.

Artinya, segala kebutuhan pembangunan di tingkat desa atau kelurahan berdasarkan kebutuhan dan dapat menjawab persoalan masyarakat. Lebih jauh lagi, kelompok rentan bisa terlibat dalam proses perumusan kebijakan. Untuk mewujudkannya, tentu diperlukan komitmen dari stakeholder terkait untuk melibatkan kelompok rentan dalam setiap proses pembangunan, sehingga program yang dijalankan dan kebutuhan masyarakat bisa selaras.

Pada hari pertama, selasa (24/05), peserta diajak untuk mengenali materi pemenuhan hak dasar, akuntabilitas sosial, pengarusutamaan gender dan inklusi sosial, serta audit sosial sebagai gerakan masyarakat. Sementara pada hari kedua, rabu (25/05), materi yang didalami ialah terkait tata kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk transformasi sosial-ekonomi, kerangka penyusunan peraturan desa, pengorganisasian warga dan pengelolaan pengetahuan sebagai alat advokasi kebijakan.

Sedangkan pada hari terakhir, kamis (27/05), fasilitator fokus mengajak peserta untuk mendiskusikan strategi advokasi kebijakan publik. Selain itu, di sesi terakhir ini juga, peserta dan tim pendamping bersama-sama menyusun rencana tindak lanjut pendampingan kelompok dan advokasi kebijakan di desa/kelurahan masing-masing mitra.

Pelaksanaan workshop tersebut mendapat apresiasi dari peserta yang terlibat. Basri Andang, partisipas workshop dari Wallace, Luwu Utara, mengatakan bahwa workshop ini cukup membantu dalam meningkatkan kapasitasnya secara pribadi maupun program yang sedang dijalankan lembaganya. Apalagi, selama pelaksanaan program Madani, menurutnya pertemuan lebih banyak dilakukan secara daring.

“Workshop ini cukup membantu dan seharusnya sering dilakukan. Karena, kami di daerah jarang sekali mendapat pendampingan secara langsung dengan tatap muka,” ungkap Basri.

Basri Andang, Partisipan Workshop dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan saat memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan fasilitator, Rabu (25/05). | Dok: IDEA

Selain Basri, peserta lainnya dari Bambu Nusantara Madiun, Titik Sugianti juga mengungkapkan kesannya setelah mengikuti workshop. Menurut Titik, beberapa materi memang jarang ia dapatkan secara mendalam, sehingga saat ada pendampingan dari fasilitator, ia merasa mendapat pengetahuan baru.

Titik mengatakan tertarik untuk mengimplemetasikan pengetahuan-pengetahauan yang ia dapatkan dalam workshop di lembaganya, khususnya terkait pengelolaan pengetahuan yang menurutnya menjadi pelajaran baru untuk ia dan lembaganya.

Titik Sugianti, peserta dari Madiun, saat membuat rencana tindak lanjut untuk pendampingan kelompok warga dan advokasi transparansi dana desa, Kamis (26/05). | Dok: IDEA

“Saya tertarik tadi pada materi pengelolaan pengetahuan. Kalau bisa diterapkan di lembaga akan sangat membantu manajemen data, dan jujur ini sangat baru di lembaga saya, sehingga masih perlu banyak belajar ke IDEA,” kata Titik.