IDEA Meluncurkan Open Data for Gender Inclusive Development

Penggunaan Open Data Menggunakan Mekanisme Online dan Offline. Online Menggunakan Aplikasi Open Data For Gender Inclusive Development yang Didalamnya Memuat Data Gender Seperti Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan, Data Angka Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Data Perempuan Rawan Sosial Ekonomi. Sedangkan Mekanisme Offline dengan Menyediakan Koran Anggaran Desa”

Penjelasan tersebut disosialisasikan Perkumpulan IDEA saat menggelar Diskusi Publik dan Peluncuran Open Data Data for Gender Inclusive Development. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (10/10/2017) di Warung Ndeso, Karang Tengah, Imogiri bantul tersebut merupakan rangkaian dari program open data yang diinisiasi oleh IDEA dan didukung oleh Open Data Lab Jakarta dan Web Foundation.Kegiatan tersebut dimulai pada jam 09.00 wib dan dihadiri oleh segenap perwakilan perangkat Desa Wonolelo dan Desa Girisuko, serta perwakilan dari pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Bantul.

Antya, dari Open Data Lab Jakarta, dalam sambutannya mengatakan bahwa diskusi ini merupakan bentuk komitmen untuk mewujudkan keterbukaan data publik,”Kita hari ini melakukan salah satu komitmen, presiden Jokowi yakni terkait pentingnya keterbukaan untuk memastikan pembangunan tepat sasaran,” katanya.

Lebih lanjut, kata Antya, pembangunan di desa belum banyak yang inklusif gender, masih banyak data gender yang tidak tersedia. “Keterlibatan Perempuan sangat sedikit, oleh karena itu, kami bersama IDEA harus memulai. Dirinya sangat mengapresiasi kegiatan yang baru dilaksanakan pertama kali di Indonesia ini, “bapak ibu perlu tahu kegiatan yang kita lakukan ini pertama dan satu-satunya di Indonesia. Saya sangat mengapresiasi. Semoga kegiatan hari ini bermanfaat,” harap Antya.

Sementara, Sunarja, Direktur IDEA Yogyakarta, menyampaikan banyak harapan terkait keberlangsungan program open data ini. Menurutnya yang penting dari pembangunan open data ini ialah adanya partisipasi masyarakat,” Peran pemerintah ialah mengupdatenya, sedangkan masyarakat mengaksesnya,” kata Sunarja.

Drs. Eddy Susanto (Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bantul), Sunarja, Direktur IDEA (Batik Merah), dan jajaran OPD dari Pemkab Bantul & Gunungkidul, meresmikan Aplikasi Open Data untuk Pembangunan Gender yang Inklusif di Desa

Sunarja menyampaikan, bahwa program open data merupakan program bersama yang harus dikerjakan secara bersama-sama. “Open data ini menjadi pekerjaan kita semua. Kedepan, semua perencanaan pembangunan harus berbasis data yang real. Sehingga, semua kondisi persoalan sudah ada datanya, sudah bisa diakses, dan sudah bisa dijadikan rumusan,” tegas Sunarja.

Kepala Desa Wonolelo, Puji Astuti, mengkui, bahwa di desanya, perempuan sudah bisa terlibat dalam agenda-agenda desa, salah satunya saat melakukan perencanaan pembangunan di desa, ”Untuk Wonolelo kita dalam perencanaan pembangunan dari Musrebang, kita selalu menghadirkan ibu-ibu, kita selalu ada pewakilan, selalu dari awal Musrenbang desa kita tetap mengadakan untuk perencanaan pembangunan dan alhamulillah sekarang desa mendapatkan dana yang cukup besar, “ kata Puji Astuti.

Menurut Astuti, data anggaran didesanya sudah terbuka dan dilengkapi Sistim Informasi Data (SID). Bahkan, bagi masyarakat setempat yang membutuhkan pinjaman dana, maka APBDes bisa dipinjamkan. “Insya Allah yang ada di desa kita terbuka. Pernah ada yang pinjam APBDes, kita berikan, jadi siapapun yang akan pinjam kita akan berikan, tidak ada yang kita sembuyikan. Di desa juga sudah ada SID, untuk desa Wonolelo, anggaran kita untuk masyarakat dan apabila masyarakat ingin, data kita terbuka,” tuturnya.

Soal keterbukaan data, dari Girisuko menegaskan bahwa desanya juga sudah sangat terbuka. Menurutnya, kalau ada orang yang ingin butuh untuk mengakses data di Girisuko, maka pemerintah desa akan selalu transparan. Sebelumnya, dirinya menyampaikan apresiasi terhadap peluncuran open data ini, sebab menurutnya, ini adalah langkah untuk mendukung adanya transparansi dan kemudahan dalam mengakses data.

“Adanya peluncuran open data dari desa kami, Girisuko mengapresiasi. Sebab data-data yang ada di desa bisa transparan dan bisa diketahu oleh lapisan masyarakat. Tahun 2016 Girisuko ada kunjungan dari Kabupaten Batang Jawa Tengah, pada intinya data-data yang ada di Girisuko Insya Allah juga tranparan apabila ada yang membutuhkan dan ingin tahu,” katanya.

Sementara itu, Iin yang menjadi perwakilan kelompok perempuan FKKP Wonolelo di forum peluncuran ini mengakui soal minimnya keterlibatan perempuan dalam aksesibilitas sistem informasi data. Padahal menurutnya, semakin banyak yang terlibat, maka akurasi data akan semakin sesuai kondisi real di masyarakat. “Dari awal kita bisa membuat data yang bisa dimengerti dan bisa diakses. Keterlibatan ini masih banyak kekurangan dan semoga Idea masih mau membimbing kami. Semoga data lebih terbuka dan nyata.  Karena banyak keterlibatan warga, akan lebih akurat yang real terjadi di masyarakat,” kata Iin.

Terakhir, Iin berharap, program open data ini memiliki dampak bagi pembangunan di Desa, khususnya pembangunan gender, ”Semoga open data benar-benar bermanfaat bagi acuan pembangunan gender yang inklusif,” pungkasnya. (AH)