Jaringan Perempuan Gunungkidul dan Kulonprogo Belajar Jurnalisme Warga

Penyampaian Materi Pelatihan Jurnalisme Bagi JMPGK di Kampung Tani, Wonosari, Selasa, (13/03)
Penyampaian Materi Pelatihan Jurnalisme Bagi JMPGK di Kampung Tani, Wonosari, Selasa, (13/03)

Yogyakarta, IDEA – Pesatnya perkembangan internet membuat informasi sekitar begitu cepat terkabarkan. Tiap orang dapat memberi informasi pada orang lainnya. Pengguna internet di Indonesia pun tak tanggung-tanggung. Menurut hasil survey similar web, pada akhir tahun 2017, pengguna internet di Indonesia mencapai hampir 133 juta orang atau separuh jumlah penduduk Indonesia. Hampir seluruh jumlah tersebut aktif di media sosial, dalam sehari menghabiskan waktu hampir 3,5 jam.

Persoalannya tidak semua orang memiliki kesadaran literasi untuk menyampaikan kabar yang informatif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Peran dan keterlibatan perempuan dalam  menulis berita  di linimasa, khususnya di daerah terpencil juga masih rendah. Atma Connect bekerja sama dengan IDEA Yogyakarta mencoba memberikan pelatihan jurnalisme warga bagi 30an warga dari Jaringan Masyarakat Perempuan Gunung Kidul (JMPGK), di Kampung Tani, Wonosari, Selasa, (13/03). Keesokan harinya, pelatihan jurnalisme ini juga diselenggarakan bagi 30an warga dari Jaringan Masyarakat Kulonprogo (JMKP) di Balai Desa Kedungsari, Pengasih, Rabu (14/03).

Menurut Silvia Yulianti, pelatihan jurnalisme warga tersebut sebagai ruang belajar bagi masyarakat pengguna teknologi informasi, khususnya perempuan, agar memiliki kesadaran literasi dan mengkampanyekannya di media sosial. Menurutnya, perempuan merupakan kelompok rentan yang mudah terpengaruh kabar-kabar hoax di media sosial.

“Data Komnas Perempuan, pada 2016 banyak sekali perempuan menjadi korban kejahatan, dan mayoritas adalah kejahatan internet. Hambatan terbesar bagi perempuan adalah rendahnya tingkat literasi dan tingginya biaya untuk mengakses internet,” ujar Manager Pemberdayaan PerempuanAtma Connect itu.

Atas dasar itulah, Menurut Silvi, Atma Connect, berupaya membuat sebuah aplikasi bernama Atmago. AtmaGo merupakan situs web dan aplikasi Android gratis yang dapat digunakan untuk melaporkan masalah, berbagi solusi, mencari pekerjaan, dan memposting berita mengenai lingkungan. AtmaGo dibuat dengan ide dan semangat “warga bantu warga” untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik dari bawah

“Harapannya bisa menjadi ruang belajar warga untuk menulis, sekaligus menginformasikan situasi lokal, agar bisa dibaca sesama warga sekitar maupun keluarga yang merantau biar tetap bisa memantau kampungnya,” kata SIlvi

Selain mengabarkan situasi local, AtmaGo, menurut Silvi, juga bisa digunakan untuk mempromosikan pekerjaan atau barang usaha masyarakat local, khususnya yang dilakukan oleh perempuan.

“Konten promosi lowongan pekerjaan atau barang usaha di AtmaGo kalau bisa memang diupayakan dibuat semudah mungkin, berbeda dengan konten-konten di website atau aplikasi lain yang cenderung formal. Jadi warga bisa menggunakan bahasa warga sendiri,” ungkap Silvi

Sementara itu, Hernindia Wisnuadji, saat memandu proses teknik penulisan dasar berita, menyampailan bahwa pertama-tama, sebelum jauh melakukan kerja-kerja literasi atau menulis, warga mesti punya inisitatif.

“Inisiatif itu penting bapak/ibu, jadi kalau ada peluang atau potensi di sekitar kita bisa langsung dicermati, tanggap,” kata Adji

Selanjutnya, menurut Adji, wargajuga mestimemahami dan melakukan kerja rekayasa sosial. Menurutnya, jika warga, khususnya dari kalangan perempuan mampu melakukan rekayasa sosial, maka dirinya akan berdaya menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, ketertinggalan, serta kekerasan yang seringkali muncul.

“Dalam rekaya sosial, ada beberapa langkah yang bapak/ibu bisa lakukan, seperti melakukan evaluasi dan refleksi atas persoalan sosial yang muncul, kemudian melakukan perencanaan atas langkah-langkah yang bisa dilakukan, baru bapak/ibu sekalian bisa melakukan aksi perubahan, apapun itu,:” ujar Adji.

Terkait teknik menulis, para peserta yang mayoritas perempuan, baik di Gunungkidul maupun Kulonprogo itu, diminta untuk melakukan praktik langsung. Praktik menulis tersebut mengangkat tema bebas seputar desa masing-masing peserta. Setelah selesai, tulisan-tulisan tersebut kemudian dikoreksi bersama-sama, untuk kemudian diberi masukan bagian-bagian tertentu yang perlu diperbaiki sesuai struktur dasar berita, yakni 5 W+1 H.

Antusiasme Warga

Dwi Sari Wahyuni, salah satu peserta yang ikut dalam pelatihan jurnalisme warga ini mengaku cukup senang bisa terlibat belajar bersama para jaringan perempuan di Gunungkidul. Selain menambah jejaring di kelompok perempuan, menurut Dwi, dirinya juga mendapatkan banyak pengetahuan tentang penggunaan teknologi informasi untuk menulis.

Dengan semangat, usai mengikuti pelatihan, Dwi akan berupaya untuk menyampaikan pengetahuan yang ia dapatkan kepada kelompoknya di Desa Nglipar, Gunungkidul. Dwi sendiri terlibat aktif di organisasi Mitra Sehati. Organisasi tersebut beranggotakan kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan perempuan kepala rumah tangga di desa Nglipar.

“Tentu akan saya bagikan pengalaman dan pengetahuan saya selama pelatihan jurnalisme ini ke temen-temen saya di desa Nglipar” ujarnya

Menurut Dwi, sudah saatnya perempuan menggunakan teknologi informasi, seperti Atmago, untuk mempromosikan desanya. Hal itu, supaya potensi yang ada di desanya bisa dikenal hingga keluar daerah.

“Nanti akan saya praktekkan di Desa Nglipar, karena sedikit banyak mungkin bisa membantu desa Nglipar semakin dikenal secara khusus di Gunung Kidul, dan luasnya hingga luar daerah. Apalagi, selain bertani, sudah banyak perempuan di Nglipar yang menjadikan teknologi informasi sebagai ladang pekerjaan tambahan,” katanya.

Sama halnya seperti Dwi, sebagai tindak lanjut, seluruh peserta, baik dari JMPGK dan JMKP sepakat untuk secara rutin akan berusaha menulis situasi, kegiatan-kegiatan di Desanya hingga promo produk usaha melaui aplikasi Atmago. Tema yang mereka pilih beragam sesuai dengan passion, produk usaha maupun potensi di desanya masing-masing, seperti kuliner khas, destinasi wisata, souvenir, tokoh perempuan inspiratif, kesehatan, hingga kasus kekerasan terhadap perempuan.

Kontributor/Editor: AH