Perempuan dan Advokasi Anggaran

2-share-pengalaman_2Tim IDEA yang terdiri dari pegiat IDEA, baik staf program, staf administrasi dan keuangan serta volunteer, pada tanggal 5 Agustus 2016 melakukan silaturahmi kekomunitas-komunitas di Kabupaten Bantul. Silaturahmi tersebut bertujuan untuk perkenalan pegiat IDEA yang baru, sekaligus belajar kepada komunitas tentang proses dan strategi pengorganisasian untuk advokasi anggaran, pengalaman advokasi anggaran, keberhasilan, tantangan dan kendala dan tips-tips menghadapi tantangan yang ada. Kunjungan pertama di komunitas FKKP Wonolelo (Forum Komunikasi Kelompok Perempuan), Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Kunjungan kedua ke komunitas perempuan “Ngudi Mulyo”, Desa Karangasem, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.

Mbak Iin dan Mbak Marsih dari FKKP Wonolelo menjelaskan sejarah singkat terbentuknya FKKP Wonolelo. FKKP terbentuk pasca gempa Bantul 2006, dengan diawali advokasi anggaran untuk perempuan dan posyandu. Mereka menyusun agenda usulan program dan kegiatan, kemudian melakukan musrenbang perempuan, mengundang pihak-pihak terkait, seperti Dinas Kesehatan, Pendidikan dan DPRD, terlibat aktif dalam musrenbang kecamatan dan kabupaten. Hasilnya, alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan meningkat dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Tahun 2014 mislanya, anggaran untuk pemberdayaan perempuan hanya sebesar Rp. 14 juta, tahun 2015 meningkat menjadi Rp. 45 juta, dan Tahun 2016 anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender menjadi Rp. 196 juta. Catatan keberhasilan ini bukanya tanpa hambatan, beberapa hambatan yang dialami adalah penolakan dari beberapa pihak atas usulan program yang diajukan, dan kendala internal baik faktor budaya maupun sosial ketika perempuan terlibat aktif dalam kegiatan diluar rumah.

4-balai-srikandi-wonoleloSementara itu, Mbak Sawijem dan Mbak Murjikem menjelaskan pengalamannya selama bergabung dengan kelompok perempuan “Ngudi Mulyo”, Desa Karangasem. Bagimereka, bertemu dengan Bupati dan ketua DPRD adalah sebuag pengalaman luarbiasa pada saat Ngudi Mulyo melakukan advokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan posyandu. Mereka yang sehari-hari hanya “ngarit” atau mencari rumput untuk pakan ternak, namun mereka harus berbicara dihadapan pejabat untuk menyampaikan rencana program dan usulan adalah hal yang sulit. Namun mereka mampu melakukannya setelah ada proses pengorganisasian, pelatihan dan pendampingan dari IDEA.  Bu Sawijem menutup diskusi dengan mengatakan bahwa perempuan siapapun dan bagaimanapun kondisinya, dia berhak untuk maju dan berdaya. (TNK).