Mahasiswa Kelas Internasional UGM Belajar Advokasi Keadilan Gender

IDEA berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam IDEA dalam upaya mendorong kebijakan yang pro kesetaraan dan keadilan gender

Mahasiswa kelas internasional Fakultas Psikologi UGM (International Undergraduate Program) mengadakan kuliah lapangan bersama pegiat di kantor IDEA, Rabu (07/11). Dalam sesi kuliah lapangan ini, 5 orang mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Gender dan Psikologi tersebut berdiskusi tentang pengalaman IDEA dalam upaya mendorong kesetaraan dan keadilan gender.

Dalam presentasinya, Triwahyuni Suci Wulandari, Direktur Program IDEA, menyampaikan pengalaman IDEA dalam melakukan advokasi dalam isu gender. Salah satu strategi yang dilakukan IDEA adalah melakukan analisis atas dokumen APBD/APBDesa yang membandingkan anggaran bagi masyarakat dan pemerintah. Temuan yang muncul dari hasil analisis seringkali menunjukkan perbandingan porsi anggaran yang timpang. Misalnya, anggaran yang dialokasikan untuk pemberdayaan perempuan adalah sebesar Rp. 40,6 juta secara keseluruhan, sementara itu dana purna tugas anggota DPRD adalah Rp.75 juta per orang.

Di samping itu, IDEA juga melakukan pendampingan masyarakat dalam strategi advokasinya. Warga diajak untuk belajar tentang proses perencanaan penganggaran di tingkat desa dan daerah dan bersama-sama melakukan analisis atas dokumen APBD/APBDes. Dengan pengetahuan tersebut, warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan di desa dan mampu mengadvokasi dirinya.

“Apa tantangan yang dihadapi oleh IDEA; apakah pemerintah selalu terbuka?” demikian pertanyaan salah satu mahasiswa.

Ketidakterbukaan adalah tantangan tersendiri yang muncul dalam proses advokasi. Tidak semua institusi pemerintah mau membuka diri. Misalnya, dalam kaitan dengan dokumen anggaran, sebagian institusi pemerintah masih menganggap dokumen publik sebagai dokumen rahasia. Akibatnya, mereka tidak bersedia mempublikasikannya. Ada sebagian yang masih merasa dokumen anggaran adalah dokumen rahasia.”

Menurut dosen pengampu kuliah Psikologi dan Gender yang mendampingi mahasiswa tersebut, Ariana Marastuti, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ruang belajar yang luas bagi mahasiswa untuk berinteraksi secara langsung dengan pegiat gender dan komunitas sehingga mahasiswa mampu mengasah kepekaan, pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan analisa sosial berbasis gender.

“Kalau kuliah kelas, mahasiswa lebih banyak belajar tentang teori-teori. Dalam kuliah lapangan ini, mereka diharapkan dapat memahami realitas gender yang terjadi di masyarakat,” ujar Ariana.

Melalui diskusi dengan pegiat IDEA yang memiliki pengalaman melakukan advokasi isu gender dan pendampingan komunitas, termasuk juga nanti ketika bertemu dengan masyarakat saat mengikuti program yang sedang dijalankan oleh IDEA, diharapkan mahasiswa dapat mengenal problem riil yang dihadapi masyarakat dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sipil untuk mendorong kesetaraan dan keadilan gender.

Selain diskusi yang dilaksanakan sehari ini, kelima mahasiswa tersebut juga akan terlibat dalam kegiatan program “Pengarusutamaan Gender di Desa” yang sedang dijalankan oleh IDEA bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan Sleman, Yogyakarta.

Kontributor: IKM